Saat ini, Indonesia sedang gencar memajukan pembangunan nasional, termasuk di antaranya infrastruktur dan listrik. Dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta, rasio eletrifikasi Indonesia belum mencapai 100%. Pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo mencanangkan program listrik 35.000 MW untuk menyediakan akses listrik ke daerah-daerah yang belum teraliri listrik. Selain akses, tantangan terkait kelistrikan di Indonesia juga mencakup infrastruktur dan kualitas listrik. Meningkatnya jumlah populasi di berbagai titik tidak diimbangi dengan kenaikan suplai listrik dan pembangunan lajur transmisi dan distribusi. Ini menyebabkan kelebihan beban pada jaringan listrik dan memicu ketidakstabilan tegangan serta pemadaman listrik.
Jakarta dan daerah-daerah di sekitarnya bisa jadi tidak mengalami pemadaman listrik dengan frekuensi yang tinggi. Hal ini tidak berarti bahwa kualitas listrik di area tersebut sudah baik. Kualitas listrik yang baik memiliki beberapa indicator: frekuensi pemadaman listrik, keseimbangan suplai dan permintaan, deviasi minimum pada tegangan dan frekuensi, aliran listrik yang stabil (impulse- and surge-free), serta layanan yang efektif. Jakarta memang tidak sering mengalami pemadaman listrik, namun deviasi tegangan dan frekuensi belum teramati dengan baik.
Electricity Supply Monitoring Initiative (ESMI) adalah sebuah inisiatif yang dibuat, dikembangkan, dan diterapkan di India oleh Prayas Energy Group (PEG). Inisiatif ini pertama kali diperkenalkan pada publik pada bulan Maret 2015 di India dan saat ini diterapkan di beberapa ratus lokasi di seluruh India. Institute for Essential Services Reform (IESR) di Indonesia, berkolaborasi dengan Prayas Energy Group (PEG) di India dan World Resources Institute (WRI), sedang mengerjakan pilot project terkait ESMI di Indonesia. ESMI, dengan alatnya yang disebut ESM device, digunakan untuk mengumpulkan data dengan metode crowdsource dari berbagai lokasi di Indonesia. Data yang diambil adalah data kualitas listrik (voltase dan frekuensi mati listrik) dan akan dipublikasikan pada masyarakat sehingga dapat dipergunakan untuk memantau kualitas listrik di Indonesia. Kami menyebutnya evidence-based feedback.
Melalui inisiatif ini, kami ingin mengembangkan database yang dapat diandalkan terkait pemadaman listrik dan profil tegangan di berbagai lokasi di Indonesia. Data yang direkam dalam inisiatif ini tersedia dan terbuka untuk publik dan semua pihak yang berkepentingan, termasuk masyarakat dan otoritas terkait. Masyarakat umum dapat menggunakannya untuk memberikan umpan balik kepada penyedia layanan listrik, sementara otoritas terkait bisa menggunakan data ESMI untuk membandingkan standar kualitas atau performa layanan listrik di berbagai lokasi yang berbeda untuk peningkatan penyediaan listrik